Kamis, 01 September 2016

Hijab


“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al- Ahzab : 59)


Perintah berhijab sudah datang ketika zaman Rasulullah, dan perintah tersebut tertulis dalam Al Qur’an yang mana sebagai pedoman untuk kita semua. Sebagai muslimah yang mengimani kitab-kitab Alloh dan Rasul-rasul Alloh tentu kita tidak dapat mengelak akan datangnya perintah untuk menutup aurat tersebut. Alhamdulillah, semakin tahun banyak muslimah di Indonesia yang sudah mulai menutup auratnya. Terlepas dari apakah itu sudah memenuhi syarat secara syari atau belum. 

Saya mulai mengenakan kerudung sejak tahun 2011, waktu itu tepat satu tahun saya bekerja pada sebuah perusahaan. Alasan pertama saat itu ya ingin menutup aurat. Awalnya saya diberi nasehat oleh rekan kerja yang sudah mengenakan kerudung lebih dahulu, bahwa menutup aurat itu hukumnya wajib. Ada dalil di dalam Al Qur’an yang memerintahkan perempuan yang sudah baligh untuk mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Beliau yang baik hati dan sabar membimbing saya, memberikan artikel-artikel mengenai hijab.
Pada saat itu saya tidak serta-merta langsung mengenakan kerudung. Karena saya sudah terbiasa tidak menutup aurat, baju-baju yang saya miliki sebagian besar baju lengan pendek atau ¾. Kerudung pun saya hanya memiliki satu atau dua helai pada saat itu yang saya kenakan ketika hari Raya Idul Fitri atau ketika datang ke acara-acara pengajian. 

Setelah berdiskusi dengan teman kerja serta memikirkan secara matang-matang, akhirnya saya memutuskan untuk mengenakan kerudung untuk menutupi kepala. Saya ingat betul pada hari itu hari Jum’at, pertama kali saya memakai kerudung ke kantor. Hari Jum’at, hari yang baik aku gunukan untuk memulai sesuatu yang baik. Sejak awal saya berniat memakai kerudung tidak hanya saat bekerja, namun dalam kegiatan sehari-hari di luar pekerjaan saya sudah berniat tetap mengenakan kerudung.  Perasaan pada saat itu campur aduk, perasaan malu dan perasaan di pandang aneh karena perubahan saya. Saya juga ditemani teman kerja untuk membeli beberapa kerudung, ah sungguh baik hati mbak yang satu ini. Pertama membeli kerudung aku memilih warna hitam dan putih. Kenapa? Alasannya karena warna hitam dan putih itu warna netral jadi bisa dipadu-padan dengan baju warna apapun hehe.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak karyawan yang bergabung dengan perusahaan tempat saya bekerja. Dan hampir semua karyawati baru mereka sudah menutup aurat. Pada waktu itu tahun 2011-2012 di Purwokerto sedang musim mengenakan kerudung paris. Kerudung segi empat berbahan tipis dan cenderung menerawang, keunggulan kerudung paris ini sangat mudah di lipat dan dikenakan. Saya pikir ini sangat cocok untuk saya yang sedang belajar mengenakan kerudung. Pada masa itu pula banyak sekali asesoris-asesoris jilbab. 

Niat awal yang tadinya semata-mata ingin mematuhi perintah Alloh bergeser menjadi berhijab namun ingin tetap kelihatan modis. Hampir setiap bulan setelah gajian saya membeli kerudung dan asesorisnya. Pada saat itu saya mencoba memakai kerudung dengan dililit-lilit ke leher, serta berbagai macam gaya (yang menurut saya pada saat itu bagus) dan asesoris disana-sini. Saya tidak memperhatikan syarat-syarat hijab syari yang sesuai tuntunan. 

Lambat laun saya merasa tidak nyaman berhijab dengan berbagai macam gaya. Pada saat itu juga saya sambil melanjutkan kuliah yang mana saya tidak ada waktu lagi untuk berhias didepan cermin. Setiap hari saya berpacu dengan waktu membagi jadwal bekerja dan kuliah di sore harinya. Jangankan untuk mencoba-coba model hijab, kadang urusan mandi pun saya skip hehehe. Secara bertahap kerudung-kerudung paris saya pensiunkan, sebagian ada yang saya berikan kepada teman kos, sebagian ada yang saya bawa pulang ke rumah. Lalu saya beralih membeli kerudung-kerudung langsung pakai yang menutup dada. Tetep, pada saat itu saya membeli kerudung warna warni mencocokkan baju yang saya punya. 

Semakin taun saya semakin tua bertambah umur, apalagi setelah menikah saya ingin berpakaian yang simpel. Sudah cukup puas menikmati gaya hijab ini dan itu yang sesungguhnya kalo melihat dari ayat di atas sangat melenceng. Saya memaknai jilbab itu sesuai keadaan saya di Indonesia, apa yang saya lihat kebanyakan muslimah Indonesia yang sudah menutup aurat. Padahal Al Quran itu turun untuk umat Nabi Muhammad di seluruh dunia. Yang mana umatnya tidak hanya di Indonesia saja, namun di berbagai belahan bumi ini. Selama ini saya salah menangkap arti ayat perintah berjilbab tersebut, jilbab yang dimaksud di dalam Al Qur’an bukan seperti apa yang saya kenakan. Karena apa yang saya kenakan selama ini masih jauh dari syariat. Sampai saat ini pun saya masih belajar memahami apa itu makna jilbab yang tertulis di dalam Al Qur’an. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi dalam akhlak maupun dalam hal berpakaian dalam rangka menaati perintah Alloh. Mungkin lain waktu kita sambung lagi tentang jilbab ini.

Salam,

- Resti -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar