“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di
kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Al- Ahzab : 59)
Perintah berhijab sudah datang ketika zaman Rasulullah, dan
perintah tersebut tertulis dalam Al Qur’an yang mana sebagai pedoman untuk kita
semua. Sebagai muslimah yang mengimani kitab-kitab Alloh dan Rasul-rasul Alloh
tentu kita tidak dapat mengelak akan datangnya perintah untuk menutup aurat
tersebut. Alhamdulillah, semakin tahun banyak muslimah di Indonesia yang sudah
mulai menutup auratnya. Terlepas dari apakah itu sudah memenuhi syarat secara
syari atau belum.
Saya mulai mengenakan kerudung sejak tahun 2011, waktu itu
tepat satu tahun saya bekerja pada sebuah perusahaan. Alasan pertama saat itu
ya ingin menutup aurat. Awalnya saya diberi nasehat oleh rekan kerja yang sudah
mengenakan kerudung lebih dahulu, bahwa menutup aurat itu hukumnya wajib. Ada
dalil di dalam Al Qur’an yang memerintahkan perempuan yang sudah baligh untuk
mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Beliau yang baik hati dan sabar
membimbing saya, memberikan artikel-artikel mengenai hijab.
Pada saat itu saya tidak serta-merta langsung mengenakan
kerudung. Karena saya sudah terbiasa tidak menutup aurat, baju-baju yang saya
miliki sebagian besar baju lengan pendek atau ¾. Kerudung pun saya hanya
memiliki satu atau dua helai pada saat itu yang saya kenakan ketika hari Raya
Idul Fitri atau ketika datang ke acara-acara pengajian.
Setelah berdiskusi dengan teman kerja serta memikirkan
secara matang-matang, akhirnya saya memutuskan untuk mengenakan kerudung untuk
menutupi kepala. Saya ingat betul pada hari itu hari Jum’at, pertama kali saya
memakai kerudung ke kantor. Hari Jum’at, hari yang baik aku gunukan untuk
memulai sesuatu yang baik. Sejak awal saya berniat memakai kerudung tidak hanya
saat bekerja, namun dalam kegiatan sehari-hari di luar pekerjaan saya sudah
berniat tetap mengenakan kerudung. Perasaan
pada saat itu campur aduk, perasaan malu dan perasaan di pandang aneh karena
perubahan saya. Saya juga ditemani teman kerja untuk membeli beberapa kerudung,
ah sungguh baik hati mbak yang satu ini. Pertama membeli kerudung aku memilih
warna hitam dan putih. Kenapa? Alasannya karena warna hitam dan putih itu warna
netral jadi bisa dipadu-padan dengan baju warna apapun hehe.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak karyawan yang
bergabung dengan perusahaan tempat saya bekerja. Dan hampir semua karyawati
baru mereka sudah menutup aurat. Pada waktu itu tahun 2011-2012 di Purwokerto
sedang musim mengenakan kerudung paris. Kerudung segi empat berbahan tipis dan
cenderung menerawang, keunggulan kerudung paris ini sangat mudah di lipat dan
dikenakan. Saya pikir ini sangat cocok untuk saya yang sedang belajar
mengenakan kerudung. Pada masa itu pula banyak sekali asesoris-asesoris jilbab.
Niat awal yang tadinya semata-mata ingin mematuhi perintah
Alloh bergeser menjadi berhijab namun ingin tetap kelihatan modis. Hampir setiap
bulan setelah gajian saya membeli kerudung dan asesorisnya. Pada saat itu saya
mencoba memakai kerudung dengan dililit-lilit ke leher, serta berbagai macam
gaya (yang menurut saya pada saat itu bagus) dan asesoris disana-sini. Saya
tidak memperhatikan syarat-syarat hijab syari yang sesuai tuntunan.
Lambat laun saya merasa tidak nyaman berhijab dengan
berbagai macam gaya. Pada saat itu juga saya sambil melanjutkan kuliah yang
mana saya tidak ada waktu lagi untuk berhias didepan cermin. Setiap hari saya
berpacu dengan waktu membagi jadwal bekerja dan kuliah di sore harinya. Jangankan
untuk mencoba-coba model hijab, kadang urusan mandi pun saya skip hehehe. Secara
bertahap kerudung-kerudung paris saya pensiunkan, sebagian ada yang saya
berikan kepada teman kos, sebagian ada yang saya bawa pulang ke rumah. Lalu saya
beralih membeli kerudung-kerudung langsung pakai yang menutup dada. Tetep, pada
saat itu saya membeli kerudung warna warni mencocokkan baju yang saya punya.
Semakin taun saya semakin tua bertambah umur, apalagi
setelah menikah saya ingin berpakaian yang simpel. Sudah cukup puas menikmati
gaya hijab ini dan itu yang sesungguhnya kalo melihat dari ayat di atas sangat
melenceng. Saya memaknai jilbab itu sesuai keadaan saya di Indonesia, apa yang
saya lihat kebanyakan muslimah Indonesia yang sudah menutup aurat. Padahal Al
Quran itu turun untuk umat Nabi Muhammad di seluruh dunia. Yang mana umatnya
tidak hanya di Indonesia saja, namun di berbagai belahan bumi ini. Selama ini
saya salah menangkap arti ayat perintah berjilbab tersebut, jilbab yang dimaksud
di dalam Al Qur’an bukan seperti apa yang saya kenakan. Karena apa yang saya
kenakan selama ini masih jauh dari syariat. Sampai saat ini pun saya masih
belajar memahami apa itu makna jilbab yang tertulis di dalam Al Qur’an. Semoga ke
depan bisa lebih baik lagi dalam akhlak maupun dalam hal berpakaian dalam
rangka menaati perintah Alloh. Mungkin lain waktu kita sambung lagi tentang jilbab ini.
Salam,
- Resti -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar