Selasa, 15 Mei 2012


Jodoh itu di tangan Tuhan atau tangan kita?

Pengalaman ini terjadi saat aku sedang berkunjung ke rumah sahabatku. Rumahnya masih satu kecamatan denganku. Hanya saja di bedakan oleh kelurahan. Pagi-pagi aku datang ke rumahnya, dengan tujuan menengok temanku yang sedang sakit. Kebetulan temanku mempunyai seorang adik perempuan yang sekarang duduk di kelas 3 SMK.
Sekitar satu jam aku disana berbincang-bincang dengan temanku. Satu jam berlalu, aku pun pamit pulang. Aku di antar oleh adiknya sampai ke jalan raya. Disinilah awal perbincangan itu. Tanpa maksud apa-apa aku bertanya, “Dik, rencana setelah lulus sekolah mau melanjutkan Perguruan Tinggi ambil jurusan apa?”, dia menjawab “ambil pendidikan mba”. Aku kembali bertanya, “ kenapa kamu memilih jurusan pendidikan?”, jawabannya adalah, “iya mba, karena orangtua ingin aku menjadi pegawai. Karena kakak seorang pegawai, orang tua berharap aku jadi seorang pegawai dan mendapatkan suami pegawai pula, tanpa memikirkan bagaimana kemampuanku.
Jawaban yang cukup menggelitik buatku. Orangtuanya ingin ia menjadi pegawai agar ia mendapat suami seorang pegawai pula. Mungkin lebih jelasnya adalah Pegawai Negeri Sipil. Yah, di Indonesia memang PNS masih menduduki peringkat pertama dalam daftar profesi yang banyak di minati. Mengapa? Menurut pendapat saya, alasannya karena gaji seorang PNS tetap, dan jaminannya juga banyak. Kredit pun di permudah jika ia seorang PNS.
Apakah seorang PNS harus berjodoh dengan PNS? Saya rasa tidak, banyak teman-temanku yang ia seorang PNS tetapi istrinya karyawan swasta, bahkan seorang ibu rumah tangga biasa. Lahir, hidup, mati, jodoh sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Jodoh adalah cerminan diri kita, jika kita baik maka kita berdampingan dengan orang yang baik. Namun jika kita buruk, kita berdampingan dengan orang yang buruk pula. Hal ini sudah di jelaskan dalam QS An-Nur ayat 26 yang artinya “Wanita-wanita yang baikk di peruntukkan bagi laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik di peruntukkan bagi wanita yang baik pula.
Jadi memilih pendamping bukan semata-mata karena profesi atau jabatan yang di sandangnya, tetapi lebih kepada akhlak yang akan menjadi pendamping kita. Apakah baik atau buruk akhlaknya. Tidak di pungkiri finansial memang penting, karena kita tidak mungkin menjalani sebuah rumah tangga hanya dengan modal cinta. Kita butuh makan, tempat tinggal, butuh sandang.
Jadi jangan hanya memandang dari segi materi, jabatan, atau profesi saja. Namun lihatlah ia dari akhlak dan budi pekertinya. Semoga bermanfaat.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar