Jodoh itu di
tangan Tuhan atau tangan kita?
Pengalaman ini
terjadi saat aku sedang berkunjung ke rumah sahabatku. Rumahnya masih satu
kecamatan denganku. Hanya saja di bedakan oleh kelurahan. Pagi-pagi aku datang
ke rumahnya, dengan tujuan menengok temanku yang sedang sakit. Kebetulan
temanku mempunyai seorang adik perempuan yang sekarang duduk di kelas 3 SMK.
Sekitar satu
jam aku disana berbincang-bincang dengan temanku. Satu jam berlalu, aku pun
pamit pulang. Aku di antar oleh adiknya sampai ke jalan raya. Disinilah awal
perbincangan itu. Tanpa maksud apa-apa aku bertanya, “Dik, rencana setelah
lulus sekolah mau melanjutkan Perguruan Tinggi ambil jurusan apa?”, dia
menjawab “ambil pendidikan mba”. Aku kembali bertanya, “ kenapa kamu memilih
jurusan pendidikan?”, jawabannya adalah, “iya mba, karena orangtua ingin aku
menjadi pegawai. Karena kakak seorang pegawai, orang tua berharap aku jadi
seorang pegawai dan mendapatkan suami pegawai pula, tanpa memikirkan bagaimana
kemampuanku.
Jawaban yang
cukup menggelitik buatku. Orangtuanya ingin ia menjadi pegawai agar ia mendapat
suami seorang pegawai pula. Mungkin lebih jelasnya adalah Pegawai Negeri Sipil.
Yah, di Indonesia memang PNS masih menduduki peringkat pertama dalam daftar
profesi yang banyak di minati. Mengapa? Menurut pendapat saya, alasannya karena
gaji seorang PNS tetap, dan jaminannya juga banyak. Kredit pun di permudah jika
ia seorang PNS.
Apakah seorang
PNS harus berjodoh dengan PNS? Saya rasa tidak, banyak teman-temanku yang ia
seorang PNS tetapi istrinya karyawan swasta, bahkan seorang ibu rumah tangga
biasa. Lahir, hidup, mati, jodoh sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Jodoh adalah
cerminan diri kita, jika kita baik maka kita berdampingan dengan orang yang
baik. Namun jika kita buruk, kita berdampingan dengan orang yang buruk pula.
Hal ini sudah di jelaskan dalam QS An-Nur ayat 26 yang artinya “Wanita-wanita
yang baikk di peruntukkan bagi laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik di
peruntukkan bagi wanita yang baik pula.
Jadi memilih
pendamping bukan semata-mata karena profesi atau jabatan yang di sandangnya,
tetapi lebih kepada akhlak yang akan menjadi pendamping kita. Apakah baik atau
buruk akhlaknya. Tidak di pungkiri finansial memang penting, karena kita tidak
mungkin menjalani sebuah rumah tangga hanya dengan modal cinta. Kita butuh makan,
tempat tinggal, butuh sandang.
Jadi jangan
hanya memandang dari segi materi, jabatan, atau profesi saja. Namun lihatlah ia
dari akhlak dan budi pekertinya. Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar