Terima kasih cinta...
Hari-hariku kian berwarna. Langit
seolah selalu cerah, keceriaan selalu
menyertaiku. Semua berbeda dari sebelumnya. Jika selama ini aku hanya
merasakan kasih sayang dari orang tua,
dari adik, kakek-nenek, dari sahabat, dari teman dan kerabat. Kini aku tak
hanya merasakan kasih sayang dari mereka. Ya, sekarang aku merasakan kasih
sayang dari orang yang istimewa, yang kata orang-orang di namakan kekasih.
Ya, kekasih. Jika dulu aku hanya
mengetahui dari teman-teman dan sahabat kini aku yang mengalaminya sendiri.
Disayangi dan dicintai oleh lelaki.Lelaki sederhana yang ramah, penyayang,
baik, dan cerdas. Dialah yang sekarang menjadi kekasihku (dan semoga tak hanya
menjadi kekasih tapi juga teman yang mendampingiku di sisa hidupku).
Pertemuan yang singkat itu ternyata
yang menyatukan kami. Sabtu senja, awal pertemuan kami ternyata membawa dampak
luar biasa. Pembicaraan yang singkat, namun berkesan untukku. Semoga berkesan
juga untuknya. Di balik semua ini ada sedikit keraguan yang menyelimutiku,
dialah seorang laki-laki humoris yang sudah lama akrab denganku. Dia yang
pernah menyatakan suka padaku. Dia yang menjadi teman curhatku. mungkin ujian
buatku karena aku harus menetapkan sebuah pilihan. Mereka sama-sama mebuatku
berkesan. Keputusan yang sulit. Dan aku tak mungkin menjalani hubungan di atas
hubungan.
Jika ia jodohku, maka dekatkanlah.
Namun jika ia bukan jodohku maka jauhkanlah. Setiap hari aku selalu memanjatkan
do’a yang sama. Dengan harapan mendapat petunjuk dari-Nya. Karena pasti Allah
akan menunjukkan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya yang meminta pertolongan. Aku
berharap, laki-laki humoris itu yang akan menjadi kekasihku, karena dia yang
selama ini menjadi sahabatku. Namun Allah tidak memberi apa yang aku inginkan.
Semakin hari aku semakin di jauhkan dengan si humoris. dan harus mendengar
kabar buruk bahwa ia telah bersama wanita lain. Sekali lagi, aku di ingatkan
apa yang buruk menurut aku belum tentu buruk menurut Allah, bahkan bisa jadi
itu yang terbaik buat aku.
Dan Allah mendekatkan aku dengan
lelaki sederhana, dan sebelumnya kami pernah di pertemukan beberapa tahun
silam. di sekolah tempat ku menuntut ilmu. Ia seperti pengobat dalam
kekecewaanku, pelipur dalam kesedihanku. Ia yang setia menjadi pendengar
cerita-ceritaku. Sampai pada akhirnya aku memilihnya. Aku mencoba untuk
mencintainya, dialah yang akan membahagiakan aku dan keluargaku. 1minggu
berlalu setelah kami berkomitmen, tak ada perbedaan yang aku rasakan, aku masih memikirkan si humoris. sampai entah
pada minggu yang ke berapa saatnya ia pulang, ia meminta ijin padaku untuk
pulang bersama teman wanita yang kata dia adalah sahabatnya. Tanpa berpikir
panjang aku mengijinkan. Mulutku memang mengiyakan, namun ada penolakan dalam
hatiku. Aku marah. Lelaki yang sedang menjalin komitmen denganku bersama dengan
wanita lain. aku yang semula tak peduli kini merasa di khianati. Alhamdulillah,
mungkin ini peringatan dari Allah. Allah yang telah membuka mataku, bahwa
sesungguhnya dialah lelaki yang pantas aku cintai, karena ia juga mencintaiku.
Aku menyadari ternyata di cintai
itu lebih indah daripada mencintai, ketika kita mencintai seseorang peluang
sakit hati itu amat besar. Namun lebih indah lagi jika saling mencintai. Setiap hari aku belajar untuk mencintainya.
Dan sekarang aku benar-benar mencintai dan menyayanginya. Lelaki sederhana yang
telah menambah warna dalam hidupku. Mengajarkan kepadaku tentang arti cinta.
Cinta yang berawal dari pertemuan yang begitu sederhana. Terima kasih untuk
cinta dan kasih sayangmu, ketulusanmu. Jika memang jodohku, semoga kita di
persatukan dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Terima kasih kekasihku, Untung Supriyono.
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar