Selasa, 15 Maret 2016

Senja, 14 Maret 2016


Senja, 14 Maret 2016 , disudut rumah kontrakan mungil di Banjarnegara.

Sore hari ditemani rintik-rintik hujan dan beberapa celoteh anak-anak tetangga. Sore itu aku masih terduduk sendiri. Suami masih dalam perjalanan pulang kerja. Ini hari pertama aku ditinggal bekerja suami sejak aku pindah ke Banjarnegara. Aku datang ke Banjarnegara pada hari Jum’at 11 Maret lalu. Setelah hampir dua tahun menikah kami memutuskan untuk tinggal bersama dengan mengontrak rumah. Rumah kontrakan yang kami tempati sekarang terbilang sederhana. Rumah dengan type 36 yang alhamdulillah sangat cukup untuk kami tempati yang masih berdua.

Awal bulan Maret ini aku resmi resign dari perusahaan tempatku bekerja. Alhamdulillah setelah hampir 6 tahun bekerja aku membuat keputusan besar dalam hidup yaitu resign dari pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga. Berat kah?

Awal-awal peralihan dari seorang wanita karir menjadi ibu rumah tangga sungguh amatlah berat. Lebay ya? Tapi memang begitu yang aku rasakan. Rutinitas setiap hari yang bangun pagi lalu berangkat bekerja dan berkutat dengan pekerjaan selama 8 jam berubah 180 derajat. Kini waktu ku setiap hari hampir ku habiskan dirumah.
Pada saat masih bekerja aku memang mempunyai usaha sambilan. Berjualan pulsa elektrik dan jilbab. Kenapa aku memilih berjualan pulsa? Karena selain mudah dalam bertransaksi, sekarang ini setiap orang membutuhkan pulsa. Aku menjalani usaha sambilan jualan pulsa sejak tahun 2012 silam.

Rencana jangka pendekku setelah resign adalah fokus menekuni usaha pulsa dan rencana jangka menengah ku yaitu mengembangkan usaha jilbab yang sudah hampir 2 tahun ini aku jalani. Rencana yang sudah disusun sedemikian rupa memang tidak berjalan semulus yang ada dalam bayangan. Masih harus banyak melakukan promosi dan memanfaatkan media yang sudah ada. Memang selama aku masih bekerja aku mengerjakan usaha sambilan ini dengan setengah-setengah dan tidak total.

Selain promosi gencar-gencaran, ada hal yang tidak bisa aku lupakan dalam hal menjalani usaha. Yup, kita harus melibatkan Sang Pencipta dalam menjalankan usaha kita. Sore itu aku tertohok sangat keras membaca tulisan Saptuari Sugiharto. Saptuari Sugiharto penggagas komunitas Sedekah Rombongan. Ambulance nya sudah berada dimana-mana. Orang-orang sakit dan membutuhkan di penjuru Indonesia sudah banyak dibantu oleh komunitas ini. Sedekahnya yang fantastis membuat aku iri hati. Ah.. sungguh berkecil hati jika melihat apa yang sudah teman-teman sedekah rombongan lakukan demi menolong banyak orang.

Seperti firman Alloh yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim.”

Ayat tersebut mengingatkan aku betapa aku begitu mengejar duniawi. Melakukan usaha demi mengejar keuntungan, sedangkan di sisi lain aku masih kurang dalam hal bersedekah. Sedekah sedikit di ingat-ingat dan mengharapkan balasan dari Alloh SWT. Mereka saja yang sudah tak terhitung dalam hal bersedekah tidak mengharapkan balasan. Dibalas atau tidak mereka tetap bersedekah. Hendaknya akupun demikian. Bersedekah karena lillah.. bukan mengharap balasan dari Alloh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar