Senja, 14 Maret 2016 , disudut rumah kontrakan mungil di
Banjarnegara.
Sore hari ditemani rintik-rintik hujan dan beberapa celoteh
anak-anak tetangga. Sore itu aku masih terduduk sendiri. Suami masih dalam
perjalanan pulang kerja. Ini hari pertama aku ditinggal bekerja suami sejak aku
pindah ke Banjarnegara. Aku datang ke Banjarnegara pada hari Jum’at 11 Maret
lalu. Setelah hampir dua tahun menikah kami memutuskan untuk tinggal bersama
dengan mengontrak rumah. Rumah kontrakan yang kami tempati sekarang terbilang
sederhana. Rumah dengan type 36 yang alhamdulillah sangat cukup untuk kami
tempati yang masih berdua.
Awal bulan Maret ini aku resmi resign dari perusahaan
tempatku bekerja. Alhamdulillah setelah hampir 6 tahun bekerja aku membuat
keputusan besar dalam hidup yaitu resign dari pekerjaan dan menjadi ibu rumah
tangga. Berat kah?
Awal-awal peralihan dari seorang wanita karir menjadi ibu
rumah tangga sungguh amatlah berat. Lebay ya? Tapi memang begitu yang aku
rasakan. Rutinitas setiap hari yang bangun pagi lalu berangkat bekerja dan
berkutat dengan pekerjaan selama 8 jam berubah 180 derajat. Kini waktu ku
setiap hari hampir ku habiskan dirumah.
Pada saat masih bekerja aku memang mempunyai usaha sambilan.
Berjualan pulsa elektrik dan jilbab. Kenapa aku memilih berjualan pulsa? Karena
selain mudah dalam bertransaksi, sekarang ini setiap orang membutuhkan pulsa.
Aku menjalani usaha sambilan jualan pulsa sejak tahun 2012 silam.
Rencana jangka pendekku setelah resign adalah fokus menekuni
usaha pulsa dan rencana jangka menengah ku yaitu mengembangkan usaha jilbab
yang sudah hampir 2 tahun ini aku jalani. Rencana yang sudah disusun sedemikian
rupa memang tidak berjalan semulus yang ada dalam bayangan. Masih harus banyak
melakukan promosi dan memanfaatkan media yang sudah ada. Memang selama aku
masih bekerja aku mengerjakan usaha sambilan ini dengan setengah-setengah dan
tidak total.
Selain promosi gencar-gencaran, ada hal yang tidak bisa aku
lupakan dalam hal menjalani usaha. Yup, kita harus melibatkan Sang Pencipta
dalam menjalankan usaha kita. Sore itu aku tertohok sangat keras membaca tulisan
Saptuari Sugiharto. Saptuari Sugiharto penggagas komunitas Sedekah Rombongan.
Ambulance nya sudah berada dimana-mana. Orang-orang sakit dan membutuhkan di
penjuru Indonesia sudah banyak dibantu oleh komunitas ini. Sedekahnya yang
fantastis membuat aku iri hati. Ah.. sungguh berkecil hati jika melihat apa
yang sudah teman-teman sedekah rombongan lakukan demi menolong banyak orang.
Seperti firman Alloh yang artinya “Wahai orang-orang yang
beriman! infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi
persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang
zalim.”
Ayat tersebut mengingatkan aku betapa aku begitu mengejar
duniawi. Melakukan usaha demi mengejar keuntungan, sedangkan di sisi lain aku
masih kurang dalam hal bersedekah. Sedekah sedikit di ingat-ingat dan
mengharapkan balasan dari Alloh SWT. Mereka saja yang sudah tak terhitung dalam
hal bersedekah tidak mengharapkan balasan. Dibalas atau tidak mereka tetap
bersedekah. Hendaknya akupun demikian. Bersedekah karena lillah.. bukan
mengharap balasan dari Alloh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar