Sebelum bercerita lap dulu pake tisu huhu...
Seperti yang sudah aku ceritakan pada post-post sebelumnya.
Beberapa bulan yang lalu aku mengajukan pengunduran diri dari perusahaan
tempatku bekerja. Dengan berbagai pertimbangan dan menunggu keputusan final
dari perusahaan, akhirnya tanggal 5 Maret 2016 aku resmi resign dari
pekerjaanku.
Apa yang dirasakan saat pertama kali resign? Bingung?
Pastinya, apalagi setelah resign dari pekerjaan aku langsung di boyong suami ke
Banjarnegara. Walaupun dapat ditempuh dalam waktu 2 jam namun tetap saja ya
namanya merantau. Lah, yang dulu ingin ikut suami siapa hayo?
Sungguh berat menjadi anak rantau. Yaelah lebay lagi. Tapi
emang beneran kok. Di Banjarnegara aku dan suami ngontrak di sebuah komplek
perumahan kecil. Selama hampir 6 tahun bekerja di Purwokerto memang aku sudah
menjadi anak kos. Dan selama hampir 6 tahun tersebut aku beberapa kali pindah
kos.
Setiap kali menempati kos baru selalu ada drama-drama,
seperti : belum bisa move on dari kos lama, harus beradaptasi dengan
teman-teman baru, dan setiap minggu-minggu pertama kos pasti bawaannya pengen
pulang aja trus berangkat kerja dari rumah. Hikz hikz. Tak ubahnya setelah
mengontrak di Banjarnegara bersama suami. Apa yang aku rasakan dulu pada saat
berkali-kali pindah kos aku rasakan juga sekarang. Bedanya antara dahulu saat
kos dengan sekarang adalah sekarang sudah bersama suami dan lebih nyaman
tinggal bersama suami.
Aku memang payah dalam hal beradaptasi dengan lingkungan
baru. Jika orang lain mungkin bisa membaur dengan orang baru dalam tempo yang
singkat, tidak demikian denganku. Butuh waktu lama untuk dapat berkenalan dan
mengobrol dengan nyaman ketika bertemu orang baru. Ini memang salah satu
kelemahan ku sejak dulu. Betapa payahnya aku dalam hal bersosialisasi. Dan aku
pribadi tidak pandai dalam hal berbasa-basi. Ah betapa repotnya aku dengan
kelemahan yang seperti ini. Semoga syndrom menempati tempat baru ini segera
bisa teratasi. -__-